Angin bertiup dengan lembutnya membelai rambutku, ini hari
ketiga setelah musim dingin. Matahari dengan
ramahnya tersenyum dan memancarkan sinar lembutnya kebumi, membuat beberapa burung
yang berada di atas genting bernyanyi riang. Dengan lincahnya kupu-kupu berlarian
saling mengejar satu sama lain. Bunga–bunga
di halaman rumah, kembali merekah, menyambut hari di musim yang baru. Ini waktu
yang tepat untuk bermain di taman!
Ini
cara Tuhan menghangatkan beberapa bagian bumi yang sudah lama tidak terjamah matahari.
Bukan hanya aku saja, tapi hampir seluruh orang sangat menunggu musim yang
menyenangkan ini. Taman ini nampak sangat ramai, banyak anak-anak kecil berlarian
kesana-kemari, beberapa orangtua yang berjalan menikmati langit sore, dan beberapa
pasang remaja yang sedang berbincang. Entah kenapa aku sangat suka melihat pemandangan
seperti ini. Duduk di kursi kayu yang terletak agak jauh dari keramaian akan jadi
pilihanku sekarang.
Aku
tak henti-hentinya tersenyum menikmati semua yang ada dihadapanku ini. Ribuan kalimat
terimakasih untuk Tuhan tak henti-hentinya aku ucapkan di dalam hati. Beruntungnya
aku, Tuhan masih mengizinkanku tinggal di bumi ini. Senyum ku masih mengembang,
dan ketika seseorang datang dari arah barat, senyum ku semakin melebar. Cukup dari
sini saja aku melihatnya.
Perhatianku
sekarang teralihkan langit sore, visualisasinya seperti sebuah proyektor. Awan-awannya
bergerak perlahan tanpa komando, hanya mengikuti angin yang membawanya. Entah kenapa
aku suka melakukan ini, menatap langit yang berhiaskan segumpal awan, dan mengimajinasikan
suatu bentuk dengan awan itu. Ini sangat menyenangkan, rasanya seperti membaca sebuah
dongeng. Aku selalu berfikir apakah di langit sana ada sebuah percakapan seperti
di duniaku ini? Atau hanya kumpulan angin hampa tanpa suara?
ØØØØ
Aku
berjalan mengilingi bangunan yang mempunyai pilar-pilar penyangga yang sangat tinggi
dan lantai yang luas. Mengikuti rasa ingintahu, aku terus berjalan sambil menyentuh
beberapa pilar yang tinggi menjulang, rasanya ada yang aneh. Aku menyentuh pilar
itu lagi, lalu mencoba memakannya. Ternyata pilar yang terlihat kokoh itu terbuat
dari permen kapas!
“Ini
tidak bisa dibiarkan! Kita harus melakukan sesuatu! ”Sebuah suara yang keras mengalihkan
perhatianku. Aku terus berjalan melewati kabut yang menghalangi pandangan,
mencaritahu asal-usul suara itu. Suaranya semakin jelas, dan banyak terdapat banyak
orang disana, atau mungkin ini disebut prajurit, karena sebagian dari mereka membawa
sebuah pedang dan pelindung. Aku terus berjalan kesumber suara.
“Tapi
Tuan… ini terlalu berbahaya jika kita melakukan penyerangan sekarang. ”Sanggah seseorang
di depanku.Seseorang yang duduk dengan menggunakan sebuah mahkota itu tampak sangat
kesal wajahnya.
“Menurutku
kita bisa mengambil kembali Putri, kita hanya perlu menyusun strategi saja. ”Lerai
seseorang di sebelahku dengan suara yang tenang.
“Baik
Musy, lakukanlah jika itu bisa membawa Putri kembali kesini. ” Kata Raja dengan
penuh harapan. Mendengar keputusan terakhir Raja semua yang ada di ruangan itu
pun mulai berhamburan keluar.
“Hey
apa yang sedang kamu lakukan? Ayo bantu
aku” katanya sambil menggiringku kesuatu
tempat. “Ini sudah hari ketiga Putri diculik
oleh Kerajaan Cokelat, kita harus bisa merebutnya.”
“Apa
yang Raja Coklat inginkan?” Tanyaku polos.
“Ia
hanya ingin merebut buku emas dari Kerajaan Kapas ini, kerajaan kita berada di
atas awan, dan dengan buku itu kita bisa menggunakannya untuk membuat hujan atau
badai di langit sesuai keinginan kita. Bukan hanya manusia yang ada dibawah sana
saja yang akan terganggu, tapi awan di setiap kerajaan yang ada di langit akan saling
berbenturan sangat keras. Dan Putri mereka
gunakan sebagai bahan barter. ”Jelasnya panjang lebar.
“Ooo…
itu sangat menjengkelkan! Ah aku punya
ide! Bagaimana kalau kita mengajak mereka tanpa lewat kekerasan. Dan jika mereka menggerakan senjata…”
Dalam
waktu dua hari kita menyusun strategi untuk mengambil kembali Putri dan membuat
mereka jera dengan kelakuannya sendiri. Hari yang dijadwalkan datang, taktik
pun dimulai tanpa menggunakan jalan kekerasan, dengan memberikan buku emas itu.
Ada sesosok perempuan cantik yang dikelilingi beberapa penjaga yang mempunyai wajah
mengerikan. Rasanya aku pernah melihatnya. Kenapa wajahnya nampak sudah tidak asing
lagi ya?
“Apakahitu
Tuan Putri?” tanyaku sambil berbisik ke arah Musy.
“Ya,
perhatikan para penjaga disekelilingnya. ”Perintahnya, dan aku hanya menjawab dengan
mengangguk.
Setelah
mereka mendapatkan buku emasnya, seperti yang sudah diperkirakan, mereka pun bahagia
bukan kepalang. Wajah mengerikan Raja Coklat itu menyunggingkan senyuman jahat,
seakan sedang memberikan tanda. Dan diluar dugaan, prajurit yang menjaga Putri,
mendorongnya jatuh keluar dari negeri awan.
Melihat
apa yang terjadi, dengan tanpa komando, Musy, aku, dan prajurit lainnya menembakan
senjata. Setelah beberapa lama terlibat perang,
Musy mendapatkan anak perempuan kecil dan membawanya keujung awan.
“Jangaaaaaan!
Aku mohon…” teriak Raja Coklat. Seketika
perang pun terhenti, melihat keadaan ini, para prajurit Raja Coklat berusaha melepaskan
diri dari gumpalan permen karet yang ditembakan Musy, aku ,dan para prajurit Kerajaan
Kapas.
Wajah
Musy memerah pertanda ia sedang marah bercampur sedih. Dengan cepat aku bisa membaca situasi ini,
aku mendekati Musy perlahan.
“Jangan
pernah membalas kejahatan yang sudah mereka buat. ”Kataku perlahan “Balas dendam
tidak akan membuat hati mu puas. Putri juga tidak ingin kamu melakukan hal ini.”Musy
melepaskan anak itu dan menyerahkannya kepada Raja Coklat. Dengan cepat anak perempuan
kecil itu berhambur kepelukan Ayahnya.
“Bawa
mereka pulang dan pekerjakan mereka di Kerajaan. ”Perintah Musy dengan wajah lesu.
Para prajurit Kerajaan Kapas bergerak dengan cepat. Aku bangga pada Musy yang
bisa mengatur dan menahan kemarahannya. Baru aku tahu ternyata Musy sangat menyukai
Putri, begitupun sebaliknya.
“Jika
kamu belajar untuk merelakan suatu hal, hal yang baik akan selalu datang kepadamu.”
Kataku sambil tersenyum. Musy mengangguk sambil tersenyum. “Terimakasih.” Katanya.
Di
tengah perjalanan pulang, Musy menolong seekor kucing yang sedang berada di ujung
awan.
“Hey
itu kucingku.” Kata seorang perempuan yang berdiri di belakangnya.
“Oh,
ini.Tadi dia ada di ujung awan. ”Kata Musy sambil menyerahkan kucing berwarna coklat
muda itu.
“Terimakasih.
”Katanya sambil tersenyum. “Hey kamu kucing
nakal…” omel perempuan itu kepada kucingnya. Senyum Musy pun kembali terukir diwajahnya. Nampaknya
ia sudah menemukan obat dari lukanya.
ØØØØ
“Reto!
Apa yang kamu lakukan?” suara seseorang dari arah kanan berhasil mengalihkan pandanganku
dari langit sore. Ah… itu dia!
“Hey,
em… Cia. Aku hanya sedang menikmati langit
sore disini. ”Jawabku kikuk sambil tersenyum. YaTuhan… ini seperti mimpi bisa berbicara
langsung dengannya. Aku tertegun untuk beberapa saat, rasa-rasanya wajah ini pernah
aku lihat di suatu tempat. Tapi dimana ya?
“Apa
kamu mau menemani Kio kecil jalan-jalan?” tanyanya.Lagi-lagi suara lembutnya membangunkanku
dari duniaku.
“Oh
em… iya, tentusaja. ”Jawabku dengan wajah sumringah. Di bawah langit sore ini aku, Kio kecil, dan Cia
berjalan mengelilingi taman dengan canda tawa. Musim yang benar-benar menyenangkan!
***