Water
Mirror
“Baiklah pertemuan kita hari ini sudah cukup, jangan
lupa…”
Belum satu kalimat pun terselesaikan, kelas yang
awalnya sunyi karena sebagian mahasiswanya sibuk bermain handphone, berubah
menjadi gaduh.Suasana hati para mahasiswa tampak lebih baik setelah dosen
mengucapkan kalimat penutup, sebagai tanda kelas Pendidikan Kewarganegaraan
harus selesai saat itu juga.Dengan muka yang sumringah dari beberapa menit sebelumnya,
para mahasiswa ini sudah membereskan barang bawaannya ke dalam tas. Lalu
setelah itu, jangan harap kalimat terakhir dosen akan terdengar lagi oleh
mereka.
Karismembereskan semua bukunya secara perlahan,ia
tidak sesemangat mahasiswa yang lain hari ini.
Tidak biasanya ia merasa semalas ini, lebih tepatnya ia malas melakukan
segala sesuatu.Teman-teman yang biasa selalu bersamanya sudah pulang sedari
tadi.Ia menolak ajakan temannya untuk pergi bermain, ia hanya ingin sendiri
hari ini, entah kenapa.Karisberjalan perlahan keluar kelas, ia duduk di tempat
biasa mahasiswa lain berkumpul.
Suasana kampus kembali sepi, mungkin sudah ada yang
pulang atau sedang ada kelas lain. Ia
lalu menyalakan lagu di hanphonenya, beberapa menit berganti, ia membaca buku,
beberapa menit kemudian ia berjalan menelusuri lantai tiga itu, dan kemudian
berakhir ditempat awal ia duduk.“Huh… kenapa
semuanya terasa sangat monoton ya?Ini sangat membosankan…” katanya dalam
hati.Angin bertiup dengan perlahan, mengibaskan rambutnya yang dipotong sebahu
itu.
Posisi duduknya mulai melorot.Angin yang berhembus
dan rasa malasnya bersinergi untuk membuatnya merasakan kantuk.Ia merebahkan
kepalanya di atas meja, menutup matanya, dan perlahan pikirannya melayang ke
beberapa kejadian yang dihadapinya beberapa hari terakhir ini.Ia menarik nafas
panjang. Beberapa menit kemudiania
menghentakan kakinya, kesal dengan dirinya sendiri.
Setelah membasuh mukanya, Karis memandangi pantulan
dirinya di sebuah cermin yang terletak tepat di depannya.Ia memiringkan
kepalanya seolah sedang berfikir sesuatu,menyentuh cermin itu secara
perlahan. Ketika jemarinya masih
menyentuh cermin, benda itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah air yang mengalir. Dan entah ada kekuatan apa, cermin itu
seperti menarik Karis kedalam, lalu mengembalikannya kembali ke tempat tadi ia
berdiri. Seketika ia merasa sangat
bingung dan aneh.
Ia memperhatikan dirinya sendiri dan sekelilingnya,
semuanya masih nampak sama. “Apa yang
terjadi tadi?Ah sudahlah…” Karis
beranjak keluar, dan baru saja ia membuka setengah pintunya, suasana sesudah ia
masuk toilet sangat berbeda dengan sebelumnya.
Karis menutup pintu perlahan, kepalanya menoleh ke kanan dan kiri
seperti seorang pencuri, ia
memperhatikan ruang itu.Lorong-lorong dengan tembok yang sangat elit dan
bergaya vintage.Karis masih mencari tahu sedang berada dimana dia saat ini.
“Kariiiiiis…!” Sebuah teriakan cempreng terdengar
dari sudut lain. Karis yang sedang
menerka apa yang sedang terjadi itu tiba-tiba tersentak, dan dengan reflex ia mencari sumber suara itu. Karis sangat bahagia karena akhirnya ada juga
orang yang mengenalnya. Dan… Oh!
Ternyata sumber suara dari lantai bawah, ia menuruni tangga dengan cepat. Wajah Karis yang awalnya penuh dengan senyum
berubah menjadi cemberut.
Ternyata yang memanggilnya tadi bukan sesorang yang
ia kenal. Perempuan yang memanggilnya
tadi menyambut kedatangan Karisdengan berkacak pinggang dan muka yang sangat
menyebalkan. Perempuan itu memakai gaun
panjang yang mengembang seperti di film kartun putri kerajaan, sedangkan ia
hanya memakai celana jeans dan sneakers butut. “Apa yang ia pakai? Kenapa bisa ada orang konyol yang memakai gaun di
zaman seperti ini, menggelikan sekali, haha.”Komentar Karis dalam hati.
“Hey! Siapa kamu?Kenapa memanggilku dengan
teriakan?” Tanya Karis polos dan sedikit ketus.
“Heh berani sekali kamu berkata seperti itu?! Cepat
seterika bajuku, aku akan pergi ke sebuah perayaan malam ini.Heheheh ”
Perintahnya dengan nada centil sambil tersenyum aneh.
“Setrika saja sendiri, kamu pikir kamu siapa.” Kata
Karis dingin, lalu meninggalkan perempuan itu dengan gaun yang masih kusut. Ia sangat tidak suka diperintah tanpa alasan
yang jelas, apalagi ini, hal konyol yang bahkan bisa perempuan itu lakukan
sendiri.
Karis mengelilingi ruangan yang super besar itu, dan
menyentuh dinding yang bergaya klasik dengan jarinya yang lentik. Tiba-tiba dari arah depan, ada seekor kucing
putih berjalan kearahnya, lalu mengelilingi kakinya. Karis menunduk dan mulai mengelus leher
kucing itu dengan lembut, lalu kembali berjalan.
“Bisa lakukan hal itu lagi?Sudah lama aku tidak
mendapatkan perlakuan itu” kata kucing itu.Karis terkejut kucing itu bisa
berbicara bahasanya.
“Hey kamu bisa berbicara?! Tentu saja…” Kata Karis dengan senang hati. Ia duduk dilantai dan mulai melakukan hal
yang sama, mengelus leher kucing itu lagi.
Akhirnya terjadi percakapan antara Karis dan kucing putih yang bernama Pufy
itu. Pufy menjelaskan tentang keadaan
rumah ini, tentang orang-orang yang tinggal disini, dan semuanya yang sudah
terjadi.
“Ibuuuuuuuuu!Lihat orang ini… dia sangat
menyebalkan!” rengek perempuan aneh itu sambil berteriak.Karis yang masih bercengkrama
dengan Pufy tidak menggubris teriakannya.
Dan tidak lama kemudian, suara ketukan sepatu yang beradu dengan lantai
terdengar memasuki ruangan ini, Karis pun mengalihkan pandangannya.
“Apa yang terjadi?” Tanya wanita paruh baya itu
dengan nada yang tenang, namun dengan muka yang sama menyebalkan dengan anaknya
ini. Anak perempuan itu menunjukku dengan
bibir yang dimajukan.Baru saja Karis ingin maju dan menerkam muka anak itu
dengan tangannya, wanita paruh baya menahannya dengan menunjuk satu jari di
bahunya.“Cepat kerjakan, dan kerjakan pekerjaanmu!” perintahnya sambil
mendekatkan mukanya ke depan muka Karis dengan mata yang melotot hampir keluar.Mereka
pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Gaun itu
dilempar tepat di depan muka Karis, ia pun mulai terlihat sangat kesal. Namun dengan cepat Pufy memberi tahu kan
sesuatu tentang ini, dan Karis pun meredam kejengkelannya.Ya majikanPufy selalu
mendapat perlakuan seperti ini, namun ternyata ia tidak cukup kuat untuk
menghadapi kelakuan mereka. Lalu ayah
majikannya sedang bertugas di tempat lain, dan hanya pulang seminggu sekali.
“Apa kamu pernah mendengar cerita tentang ini
sebelumnya?hampir sama seperti itu kehidupan majikanku” Tanya Pufy.
“Ya tentu saja aku tahu, tapi aku akan merubah jalan
ceritanya.” Jawab Karis enteng, mereka pun tertawa. “Apa kamu dan majikanmu
bisa berbicara seperti ini?”
“Tentu saja tidak, kita ada di dimensi yang sama,
makanya aku tidak bisa berbicara dengannya.” Jelas Pufy. Mereka pun beranjak dari tempat duduknya dan
betapa terkejutnyaKaris saat mendapatkan dirinya memakai gaun bodoh yang biasa
dipakai putri kerajaan di kartun anak-anak itu.
“Hey! Bagaimana ini terjadi?sejak kapan aku memakai
pakaian aneh ini?!” Karis memandangi dirinya di depan cermin dengan muka panik
yang lucu.
“Haha kamu sudah memakainya sejak masuk ke dunia
ini.”Kata Pufy sambil tertawa.Mereka lalu mengerjakan semuanya yang biasa
majikan Pufy lakukan, mencuci piring, memasak, membereskan rumah, dan terakhir
menyetrika gaun yang akan dipakai anak perempuan menyebalkan itu. Sebelum disetrika, Karis menyiapkan model
terbaru untuk gaun itu. Ya… iamemotong beberapa bagian agar gaun itu masih
terlihat bagus namun sudah tidak bisa dipakai
Malam hari pun tiba, setelah beres mengerjakan
semuanya, Karis dan Pufy duduk dikamar majikannya yang terletak di lantai
paling atas. Kamarnya sempit dan hanya
terbuat dari batang pohon, namun ini cukup nyaman.
“Ayo! Sekarang kita bersiap-siap untuk pergi ke
pesta!” ajak Pufy dengan semangat.
“Apa yang akan dilakukan?Ini bukan dongeng
Cinderella, bukankah ia tidak bisa pergi jika tidak ada ibu peri?”KataKaris
dengan muka kelelahan.
“Ini bukan dongeng Cinderella, tidak perlu ada ibu
peri, ayo cepat!” kata Pufy tegas.Pufy membuka lemari yang berisi baju
majikannya. Karis memakai gaun berwarna
ungu dengan rambut yang di tata dengan manis, dan… satu lagi masalahny, tidak
ada sepatu kaca disini. Akhirnya dengan
akal Karis, sepatu kaca diganti dengan sepatu yang ia buat sendiri dari bahan
plastik bening. Bentuknya hampir sama,
hanya saja jika sepatu ini dipakai terlalu lama, tidak akan berbentuk seperti
sepatu kaca lagi.
“Kariiiiiiiiiiis!” sebuah teriakan dari lantai bawah
terdengar sangat lantang ditempat besar yang sunyi itu.Karis dan Pufy langsung
turun dan menuju sumber suara. Dan
ternyata itu suara si perempuan menyebalkan dari ruang makan. Pasti ia akan mengomentari makananya, kata
Karis dalam hati. Dan benar saja mereka
mulai marah karena masakan yang dibuatnya, ditengah omelan mereka, Karis dan
Pufy terkekeh pelan.
Ditengah kemarahan dan kejengkelannya, mendadak
wajah mereka berubah menjadi merah dan menghentikan kemarahannya. Bumbu cabe yang Karis dan Pufy masukan ke
dalam makanan mulai bereaksi. “Bukankah
mereka pantas mendapatkan itu?” kata Karis sambil kembali terkekeh. Pufy meng-iyakan dengan miaw-miaw-nya.Mereka
pun kembali ke lantai atas dan meninggalkan mereka yang sibuk dengan sakit
perutnya.
****
Karis memandangi ruangan yang seperti istana itu,
suasananya sangat riuh. “Wah… besar
sekali, ini lebih besar dari rumah majikan Pufy.”Katanya dalam hati.Ruangan
ini penuh oleh beberapa orang-orang elit, lantunan bunyi biola dan piano
mengalun merdu mengiringi obrolan ringan mereka. Karis merasa sangat bosan, jika terus didalam
mungkin ia akan tertidur mendengar alunan merdu itu. Ia memilih untuk duduk di luar balkon, ia
memandangi kota yang nampak seperti kumpulan lampu kecil, dan membiarkan
wajahnya ditiup angin malam yang sejuk.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba ada seorang
laki-laki duduk disebelahnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan disini? Kenapa tidak
diam didalam?” tanyanya sambil tersenyummanis.
Karis mengalihkan pandangannya, dan ia cepat-cepat menyadarkan dirinya,
yang sedari tadi bengong menatap orang yang baru saja duduk disebelahnya. Lalu terjadilah percakapan ringan antara
mereka.Percakapan yang sangat menyenangkan, penuh dengan tawa dan canda, mereka
berbicara seperti teman yang sudah lama tidak bertemu. Pufy menepuk badan Karis yang duduk
disebelahnya.
“Hey perkenalkan dirimu, dia itu yang mempunyai
pesta ini.”Kata Pufy sambil setengah berbisik.Karis yang mendengarnya langsung
mengenalkan dirinya, begitu pula dengan lelaki itu. Hampir setengah jam mereka
mengobrol.
“Haha kamu aneh, tapi menyenangkan.” Kata lelaki itu
sambil tertawa riang.
Drrrrd… drrrrd… drrrd
Tiba-tiba Karis merasakan ada benda bergetar di gaun
ungunya, ia mulai sibuk mencari sumber getaran itu. Dan… hap! Iya mendapatkanya, handphone pink-nya ternyata ada disaku gaun
ini. Belum sempat ia melihat layar
handphone-nya, Pufy menepuknya lagi.
“Karis… itu tanda bahwa kamu harus kembali!”kata
Pufy dengan tergesa sambil setengah berbisik.
“Kembali ke rumah maksudmu?Tapi kan aku tidak
memakai kereta kencana yang terbuat dari labu untuk pergi kesini?”jawab Karis
polos. “Lagi pula…”
“Tidak! Kamu harus cepat kembali” potong Pufy cepat. Dan dengan cepat pula Karis mengucapkan
selamat tinggal kepada laki-laki itu, dan bergegas pergi.Dan tanpa sadar Karis
menjatuhkan handphonenya. Setelah sampai
rumah, ia mengganti bajunya. Lalu
menatap lurus pantulannya dicermin, dan hal yang sama terjadi lagi.Ketika
jemarinya masih menyentuh cermin, benda itu tiba-tiba berubah menjadi sebuah
air yang mengalir.
Karis memandangi Pufy yang sedari tadi berdiri di
atas westafel. Karis mulai terlihat
bingung.
“Karis… terima kasih telah membantu” kata Pufy
sambil tersenyum. Lalu tiba-tiba ia
merasakan cermin itu menarik dan mendorongnya kembali. Karis kembali berdiri ditempat yang sama
sebelum hal itu terjadi, kali ini tanpa Pufy diatas westafel. Ia keluar dengan tergesa mencari Pufy, dan
setelah menutup pintu, ia mendapati dirinya berada kembali di kampus. Suasananya sama seperti saat ia belum masuk
ke toilet. Dan lagi-lagi ia merasa aneh.
****
Karis terbangun dari tidurnya. Ia mendapati cahaya senja menyinari
wajahnya. Kampus terlihat sepi dan hanya
segelintir orang saja yang lalu-lalang di hadapannya.Ia menegakan posisi
duduknya, lalu melirik jam tangannya, dan ternyata waktu sudah menunjukan pukul
lima sore. Ia bergegas membawa tasnya
dan meluncur pulang.
Belum ia bangkit dari kursinya, seorang laki-laki
muncul dan tersenyum.
“Hey Karis,merasa ada yang tertinggal?”
Karis meraba saku jeansnya dan mencari barang yang tidak ada dalam tasnya.
“Handphone kamu tertinggal saat kamu pergi dengan
tergesa-gesa tadi…” katanya lagi sambil tersenyum.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar