Panggil aja dia Bintang. Julukan itu mungkin memang sedikit pantas untuknya, karena kadang-kadang ia selalu ada dan bersikap hangat padaku, tapi disisi lain juga ia selalu menghilang dan menjadi seseorang yang jauh berbeda, setidaknya untukku.
Berawal dari pelajaran sosiologi, berhubung gurunya lumayan sedikit galak dan menyeramkan, aku yang sedang duduk sendiri dibarisan belakang mulai sedikit panik dan deg-degan. Saat aku sedang sibuk dengan kepanikan-ku, seseorang memanggilku dari arah sebelah kiri. Ia Bintang. Seakan tahu dan mengerti rasa panikku, ia pun menawari ku bangku kosong disebelahnya. Entah mengapa aku pun menolaknya, lalu ia pun berpindah kebangku-nya yang satu lagi, dan aku pun tetap menolaknya dan berusaha menahan rasa panikku dan tetap duduk sendiri dibangku itu. Saat itu perasaan ku masih biasa-biasa saja, aku juga tidak mengerti kenapa aku menolak tawaran baiknya itu.
Dan setelah itu kami pun mulai sedikit akrab, mungkin karena kami selalu ada di satu situasi dan satu kesempatan yang sama. Tapi kedekatanku kali ini dengannya bukan kedekatan yang baik, maksudnya kami selalu bertengkar tentang hal yang tidak terlalu penting, dimanapun dan kapanpun, dan aku sangat suka itu.
Entah kenapa dan dari kapan aku mulai suka dengannya. Mungkin karena saat kami bersama, ia selalu melakukan sesuatu yang membuat pipiku menjadi merah merona. Yaa.. aku memang anak perempuan yang mempunyai tingkat GR yang tinggi. haha. Aku tahu, ia tidak mungkin menyukaiku, dan aku juga yakin, ia adalah anak laki-laki yang mempunyai sifat loyal yang tinggi terhadap orang yang dia sayangi. Saat bersamanya dengan susah payah aku selalu membuang jauh-jauh peraasaan bodohku itu, tapi ternyata usahaku nihil besar.
Dan disuatu hari, ia membuatku kesal dan menangis karena tingkah kasarnya. Dan lebih parahnya lagi ia tidak menghampiriku untuk meminta maaf padaku atau menanyakan keadaanku atas perbuatan bodoh yang ia lakukan itu, ia hanya diam dikelas dengan perasaan tidak bersalahnya. Sejak saat itu kami pun mulai menjauh dan persepsiku tentang dia berubah menjadi buruk. Aku pikir dia akan meminta maaf secara langsung, tapi ternyata tidak. Dan akupun tidak mau menjawab permintaan maafnya yang secara tidak langsung itu. Huh, ia bahkan tidak pantas disebut laki-laki.
Aku tidak tahu sudah berapa lama kami bermusuhan dan sudah berapa lama aku selalu mendelik tidak senang padanya. Tapi dari kejadian ini aku bisa sedikit menjauh darinya dan menghilangkan perasaan bodoh ini. Sampai suatu hari, aku berada diposisi yang tidak aku sukai, ya.. ia duduk disebelahku. Hhhh.. bodoh ! saat itu mau tidak mau aku harus bersikap manis.
Dan akhirnya semua keadaanya berubah menjadi normal kembali, walaupun begitu persepsiku masih tetap... ia orang yang buruk. Ditambah sekarang ia bukan teman sekelasku lagi, dan setiap kami bertemu, kami bagaikan orang yang tidak pernah mengenal, hanya dalam posisi tertentu jika kami bertemu, aku akan tersenyum pada dia. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar