Rabu, 17 Agustus 2016

Percakapan di Negeri Awan

            Angin bertiup dengan lembutnya membelai rambutku, ini hari ketiga setelah musim dingin.  Matahari dengan ramahnya tersenyum dan memancarkan sinar lembutnya kebumi, membuat beberapa burung yang berada di atas genting bernyanyi riang. Dengan lincahnya kupu-kupu berlarian saling mengejar satu sama lain.  Bunga–bunga di halaman rumah, kembali merekah, menyambut hari di musim yang baru. Ini waktu yang tepat untuk bermain di taman!
Ini cara Tuhan menghangatkan beberapa bagian bumi yang sudah lama tidak terjamah matahari. Bukan hanya aku saja, tapi hampir seluruh orang sangat menunggu musim yang menyenangkan ini. Taman ini nampak sangat ramai, banyak anak-anak kecil berlarian kesana-kemari, beberapa orangtua yang berjalan menikmati langit sore, dan beberapa pasang remaja yang sedang berbincang. Entah kenapa aku sangat suka melihat pemandangan seperti ini. Duduk di kursi kayu yang terletak agak jauh dari keramaian akan jadi pilihanku sekarang.
Aku tak henti-hentinya tersenyum menikmati semua yang ada dihadapanku ini. Ribuan kalimat terimakasih untuk Tuhan tak henti-hentinya aku ucapkan di dalam hati. Beruntungnya aku, Tuhan masih mengizinkanku tinggal di bumi ini. Senyum ku masih mengembang, dan ketika seseorang datang dari arah barat, senyum ku semakin melebar. Cukup dari sini saja aku melihatnya.
Perhatianku sekarang teralihkan langit sore, visualisasinya seperti sebuah proyektor. Awan-awannya bergerak perlahan tanpa komando, hanya mengikuti angin yang membawanya. Entah kenapa aku suka melakukan ini, menatap langit yang berhiaskan segumpal awan, dan mengimajinasikan suatu bentuk dengan awan itu. Ini sangat menyenangkan, rasanya seperti membaca sebuah dongeng. Aku selalu berfikir apakah di langit sana ada sebuah percakapan seperti di duniaku ini? Atau hanya kumpulan angin hampa tanpa suara?
ØØØØ
Aku berjalan mengilingi bangunan yang mempunyai pilar-pilar penyangga yang sangat tinggi dan lantai yang luas. Mengikuti rasa ingintahu, aku terus berjalan sambil menyentuh beberapa pilar yang tinggi menjulang, rasanya ada yang aneh. Aku menyentuh pilar itu lagi, lalu mencoba memakannya. Ternyata pilar yang terlihat kokoh itu terbuat dari permen kapas! 
“Ini tidak bisa dibiarkan! Kita harus melakukan sesuatu! ”Sebuah suara yang keras mengalihkan perhatianku. Aku terus berjalan melewati kabut yang menghalangi pandangan, mencaritahu asal-usul suara itu. Suaranya semakin jelas, dan banyak terdapat banyak orang disana, atau mungkin ini disebut prajurit, karena sebagian dari mereka membawa sebuah pedang dan pelindung. Aku terus berjalan kesumber suara.
“Tapi Tuan… ini terlalu berbahaya jika kita melakukan penyerangan sekarang. ”Sanggah seseorang di depanku.Seseorang yang duduk dengan menggunakan sebuah mahkota itu tampak sangat kesal wajahnya.
“Menurutku kita bisa mengambil kembali Putri, kita hanya perlu menyusun strategi saja. ”Lerai seseorang di sebelahku dengan suara yang tenang.
“Baik Musy, lakukanlah jika itu bisa membawa Putri kembali kesini. ” Kata Raja dengan penuh harapan. Mendengar keputusan terakhir Raja semua yang ada di ruangan itu pun mulai berhamburan keluar.
“Hey apa yang sedang kamu lakukan?  Ayo bantu aku”  katanya sambil menggiringku kesuatu tempat.  “Ini sudah hari ketiga Putri diculik oleh Kerajaan Cokelat, kita harus bisa merebutnya.”
“Apa yang Raja Coklat inginkan?” Tanyaku polos.
“Ia hanya ingin merebut buku emas dari Kerajaan Kapas ini, kerajaan kita berada di atas awan, dan dengan buku itu kita bisa menggunakannya untuk membuat hujan atau badai di langit sesuai keinginan kita. Bukan hanya manusia yang ada dibawah sana saja yang akan terganggu, tapi awan di setiap kerajaan yang ada di langit akan saling berbenturan sangat keras.  Dan Putri mereka gunakan sebagai bahan barter. ”Jelasnya panjang lebar.
“Ooo… itu sangat menjengkelkan!  Ah aku punya ide! Bagaimana kalau kita mengajak mereka tanpa lewat kekerasan.  Dan jika mereka menggerakan senjata…”
Dalam waktu dua hari kita menyusun strategi untuk mengambil kembali Putri dan membuat mereka jera dengan kelakuannya sendiri. Hari yang dijadwalkan datang, taktik pun dimulai tanpa menggunakan jalan kekerasan, dengan memberikan buku emas itu. Ada sesosok perempuan cantik yang dikelilingi beberapa penjaga yang mempunyai wajah mengerikan. Rasanya aku pernah melihatnya. Kenapa wajahnya nampak sudah tidak asing lagi ya?
“Apakahitu Tuan Putri?” tanyaku sambil berbisik ke arah Musy.
“Ya, perhatikan para penjaga disekelilingnya. ”Perintahnya, dan aku hanya menjawab dengan mengangguk.
Setelah mereka mendapatkan buku emasnya, seperti yang sudah diperkirakan, mereka pun bahagia bukan kepalang. Wajah mengerikan Raja Coklat itu menyunggingkan senyuman jahat, seakan sedang memberikan tanda. Dan diluar dugaan, prajurit yang menjaga Putri, mendorongnya jatuh keluar dari negeri awan.
Melihat apa yang terjadi, dengan tanpa komando, Musy, aku, dan prajurit lainnya menembakan senjata.  Setelah beberapa lama terlibat perang, Musy mendapatkan anak perempuan kecil dan membawanya keujung awan.
“Jangaaaaaan! Aku mohon…” teriak Raja Coklat.  Seketika perang pun terhenti, melihat keadaan ini, para prajurit Raja Coklat berusaha melepaskan diri dari gumpalan permen karet yang ditembakan Musy, aku ,dan para prajurit Kerajaan Kapas.
Wajah Musy memerah pertanda ia sedang marah bercampur sedih.  Dengan cepat aku bisa membaca situasi ini, aku mendekati Musy perlahan.
“Jangan pernah membalas kejahatan yang sudah mereka buat. ”Kataku perlahan “Balas dendam tidak akan membuat hati mu puas. Putri juga tidak ingin kamu melakukan hal ini.”Musy melepaskan anak itu dan menyerahkannya kepada Raja Coklat. Dengan cepat anak perempuan kecil itu berhambur kepelukan Ayahnya.
“Bawa mereka pulang dan pekerjakan mereka di Kerajaan. ”Perintah Musy dengan wajah lesu. Para prajurit Kerajaan Kapas bergerak dengan cepat. Aku bangga pada Musy yang bisa mengatur dan menahan kemarahannya. Baru aku tahu ternyata Musy sangat menyukai Putri, begitupun sebaliknya.
“Jika kamu belajar untuk merelakan suatu hal, hal yang baik akan selalu datang kepadamu.” Kataku sambil tersenyum. Musy mengangguk sambil tersenyum.  “Terimakasih.” Katanya.
Di tengah perjalanan pulang, Musy menolong seekor kucing yang sedang berada di ujung awan.
“Hey itu kucingku.” Kata seorang perempuan yang berdiri di belakangnya.
“Oh, ini.Tadi dia ada di ujung awan. ”Kata Musy sambil menyerahkan kucing berwarna coklat muda itu.
“Terimakasih. ”Katanya sambil tersenyum.  “Hey kamu kucing nakal…”  omel perempuan itu kepada kucingnya.  Senyum Musy pun kembali terukir diwajahnya. Nampaknya ia sudah menemukan obat dari lukanya.
                                                                 ØØØØ
“Reto! Apa yang kamu lakukan?” suara seseorang dari arah kanan berhasil mengalihkan pandanganku dari langit sore.  Ah… itu dia!
“Hey, em… Cia.  Aku hanya sedang menikmati langit sore disini. ”Jawabku kikuk sambil tersenyum. YaTuhan… ini seperti mimpi bisa berbicara langsung dengannya. Aku tertegun untuk beberapa saat, rasa-rasanya wajah ini pernah aku lihat di suatu tempat. Tapi dimana ya?
“Apa kamu mau menemani Kio kecil jalan-jalan?” tanyanya.Lagi-lagi suara lembutnya membangunkanku dari duniaku.

“Oh em… iya, tentusaja. ”Jawabku dengan wajah sumringah.  Di bawah langit sore ini aku, Kio kecil, dan Cia berjalan mengelilingi taman dengan canda tawa. Musim yang benar-benar menyenangkan! *** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar